INDOJAMBI.ID – Perbincangan warga khususnya warga masyarakat Kampung Nelayan terkait perkataan paslon Bupati nomor urut 03, Hairan-Amin dalam acara debat kandidat yang menyebut masyarakat Kampung Nelayan hanya makan dua kali sehari kalau musim utara tiba terus menuai polemik.
Hal tersebut berawal pada sesi tanya jawab debat Publik Calon Bupati dan Wakil Bupati Tanjab Barat yang diselenggarakan KPU pada tanggal 15 November 2024. Calon nomor urut 01 melalui Dr Katamso mempertanyakan kepada nomor urut 03, bagaimana gambaran kemiskinan dan cara mengatasi tentang kemiskinan di Kabupaten Tanjab Barat?
Menanggapi pertanyaan dari paslon nomor 01, Hairan calon Bupati nomor 03 menggambarkan bagaimana kondisi masyarakat Kampung Nelayan yang susah, yang menurutnya sampai makan pun hanya dua kali sehari bilamana musim utara tiba.
“Kita tidak percaya dengan data, masyarakat kampung nelayan kalau di musim utara mereka hanya makan dua kali dalam sehari,” sebut Hairan.
Karena acara debat tersebut disiarkan langsung stasiun Televisi dan lewat kanal YouTube, tentu banyak ditonton oleh masyarakat.
Berlin, seorang warga Kampung Nelayan yang juga menjabat sebagai Ketua RT ini pun turut menyaksikan debat pada malam itu.
Ia menilai apa yang dikatakan oleh paslon 03 tidaklah benar. Berlin tahu betul kondisi warga masyarakat Kampung Nelayan. Pernyataan tersebut menurutnya terlalu didramatisir seakan warga Kampung Nelayan sangat susah dan miskin.
“Kami merasa tak nyaman, seakan warga Kampung Nelayan begitu susahnya harus makan dua kali sehari,” kata Berlin, Sabtu (16/11).
“Itu tidak benar, bohong itu, saya orang Kampung Nelayan tidak pernah dengar warga kami cuma makan dua kali saat musim utara,” kata Berlin dengan nada kesal.
Bahkan Berlin berani menantang untuk memastikan bahwa perkataan itu bohong.
“Warga kami disini tidak pernah kelaparan, boleh dicek,” tegasnya.
Menurut Berlin lagi, melihat kondisi saat ini warga masyarakat Kampung Nelayan banyak yang ber ekonomi mapan. Tidak semata berprofesi sebagai nelayan tapi banyak juga yang nyambi bekerja seperti berkebun dan lain sebagainya.
Hal yang sama juga dikatakan oleh Tahang, warga Kampung Nelayan yang berprofesi sebagai nelayan. Diterangkannya, ia sudah puluhan tahun tinggal di wilayah tersebut namun belum pernah mengetahui kalau ada warga sampai makan dua kali sehari kalau musim utara datang.
“Yang dimaksud itu warga Kampung Nelayan yang mana?, saya orang Kampung Nelayan tidak pernah ada itu. Bohong itu, jangan berlebih-lebihlah,” kata Tahang.
“Dia dapat data dari mana, memang sering apa dia ke Kampung Nelayan? sebutnya. (Red)